Sejarah Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Daftar Isi

 Sejarah Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung

Mamli.sch.id - Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung memiliki akar sejarah yang kuat dalam gerakan Muhammadiyah di Kabupaten Gowa. Awalnya, gerakan ini dimulai dengan terbentuknya Group Muhammadiyah Jongaya di bawah pembinaan Muhammadiyah Cabang Makassar, yang kemudian secara organisatoris membawa Muhammadiyah ke dalam kebupaten Gowa. 

Mushallah dan tempat pendidikan yang didirikan oleh gerakan ini memainkan peran penting dalam penyebaran pemikiran Muhammadiyah di masyarakat, baik masyarakat dari Group Muhammadiyah Jongaya maupun dari luar Jongaya yang berada di wilayah kabupaten Gowa.

Pada masa itu, Muhammadiyah Cabang Limbung masih dalam bentuk kelompok/group. Namun, dengan surat keputusan dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 1.685/1963, Cabang Muhammadiyah Limbung secara resmi didirikan dengan Mapparenta Daeng Gau sebagai ketua pertamanya. 

Salah satu upaya penting yang dilakukan oleh Cabang Limbung adalah mendirikan sekolah bertaraf modern yang dikenal dengan nama "Madrasah Muallimin Muhammadiyah Limbung" pada sekitar tahun 1951. 

Sekolah ini dipimpin oleh Kamaruddin Sau dengan beberapa guru seperti Afdan Kulle, Abdullah Daeng Ruppa, Turki Daeng Bantang, dan Jibu Daeng Tutu. 

Namun, karena gangguan dari pemberontakan DI/TII pada waktu itu, sekolah ini terpaksa ditutup tanpa menamatkan siswanya. 

Baru pada tahun 1959, setelah situasi mulai membaik, Madrasah Muallimin Muhammadiyah Limbung diaktifkan kembali oleh Group Muhammadiyah Limbung di bawah pimpinan Ustadz Abdurrahman Thahir Lewa.

Madrasah Muallimin Muhammadiyah Limbung (Muallimin 6 tahun) dibangun di atas tanah wakaf seluas 725 m2 pada tanggal 13 agustus 1959.

Kemudian pada tahun 1978, Madrasah Muallimin Muhammadiyah Limbung diintegrasikan ke dalam MTs Muhammadiyah Limbung dan Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung. Kedua madrasah tersebut kemudian memiliki status terdaftar dengan nomor Rayon I/XXIIIAL.79.

Selanjutnya, berdasarkan surat keputusan Direktur Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam No.91/E.IV/PP.03.2/Kep/X/1995 tanggal 4 Oktober, kedua madrasah tersebut diakui secara resmi hingga saat ini.

Pada tahun pendiriannya, Madrasah Aliyah Muhammadiyah Limbung segera didukung oleh Departemen Agama dengan penempatan satu kepala sekolah, beberapa guru, dan menerima 30 siswa. Dari jumlah tersebut, 9 siswa adalah laki-laki dan 21 siswa adalah perempuan. 

Seiring berjalannya waktu, sekolah ini mengalami pertumbuhan yang signifikan, terutama terlihat dari peningkatan jumlah pendaftar setiap tahunnya.

Sumber: 

  • Buku Mentari bersinar di Gowa: Menelusuri Jejak Kehadiran Muhammadiyah Di Gowa tahun 1928-1968 (Basri B. Mattayang)
  • Jurnal Pattingngalloang dengan judul Muallimin Muhammadiyah Limbung 1959-1979 (Muh. Rasul, Najamuddin, Mustari Bosra)